Wednesday 16 November 2016

PRIORITAS PERTAHANAN RI ADALAH MEMBUAT ALUTSISTA SENDIRI



video kekuatan alutsista 

JAKARTA - Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) mendorong terwujudnya kemandirian industri pertahanan Indonesia. Sebuah road map pembinaan produk alat peralatan pertahanan keamanan (alpahankam) pun telah dibentuk.

Ketua Bidang Ahli Teknologi dan Ofset KKIP, Laksda TNI (Purn) Rachmad Lubis mengatakan, road map pembinaan produk alpahankam dibagi dalam tiga fase.

"Fase pertama, penguasaan desain 2010-2014. Fase kedua, penguasaan teknologi 2015-2019. Fase ketiga, pengembangan baru 2020-2024," kata Rachmad Lubis di Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2016).

Rachmad menjelaskan, road map pembinaan produk alpahankam juga memuat tujuh program prioritas industri pertahanan nasional. Dia merincikan, tujuh program prioritas tersebut di antaranya, produksi propelan, roket, rudal, medium tank, radar, kapal selam, dan pesawat tempur.

SEJAHA DAN SEPAK TERJANG PESAWAT HERCULES DI INDONESIA

Lockheed Martin C-130 Hercules adalah sebuah pesawat terbang bermesin empat turboprop sayap tinggi (high wing) yang bertugas sebagai pesawat angkut militer utama untuk pasukan militer di banyak bagian dunia. Mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang pendek atau tidak disiapkan, awalnya dia adalah sebuah pengangkut tentara dan pesawat kargo yang sekarang ini juga digunakan untuk berbagai macam peran, termasuk infantri airborne, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara. Sekarang ini ada lebih dari 40 model Hercules, termasuk beberapa kapal senapan, dan juga digunakan di lebih dari 50 negara. Melayani lebih dari 50 tahun, keluarga C-130 telah menciptakan rekor yang bagus untuk kehandalan dan daya tahannya, berpartisipasi dalam militer, sipil, dan bantuan kemanusiaan.


kumpulan Video kecelakaan pesawat Hercules

Keluarga C-139 memiliki sejarah produksi yang paling panjang dari seluruh pesawat militer. Yang pertama prototipe YC-130 terbang pada 23 Agustus 1954 dari pabrik Lockheed di Burbank, California, Amerika Serikat. Pesawat bermesin turboprop tersebut dipiloti oleh Stanley Beltz dan Roy Wimmer. Setelah kedua prototipe selesai, produksi dipindahkan ke Marietta, Georgia, di mana lebih dari 2.000 C-130 dibuat.



pesawat ini di indonesia

Indonesia menerima 10 pesawat C-130 dari pemerintah Amerika Serikat sebagai penukar tawanan pilot CIA Allen Pope yang terlibat membantu pemberontakan Permesta di Sulawesi pada tahun 1958.

Pada tahun 1975, Indonesia menerima 3 C-130B. Pada tahun 1980-an, di bawah program untuk meningkatkan kemampuan angkatan udara Indonesia, 3 buah C-130H, 7 C-130HS (long body), 1 C-130 MP (patroli maritim), 1 L-100-30 (untuk keperluan sipil), dan enam L-100-30s yang dioperasikan oleh PT Merpati dan Pelita Air untuk keperluan transmigrasi. TNI AU juga mengoperasikan 2 KC-130 (versi air refuelling C-130) untuk keperluan pengisian bahan bakar di udara (sampai hari ini masih beroperasi).