JAKARTA - Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)
mendorong terwujudnya kemandirian industri pertahanan Indonesia. Sebuah
road map pembinaan produk alat peralatan pertahanan keamanan
(alpahankam) pun telah dibentuk.
Ketua Bidang Ahli Teknologi dan
Ofset KKIP, Laksda TNI (Purn) Rachmad Lubis mengatakan, road map
pembinaan produk alpahankam dibagi dalam tiga fase.
"Fase
pertama, penguasaan desain 2010-2014. Fase kedua, penguasaan teknologi
2015-2019. Fase ketiga, pengembangan baru 2020-2024," kata Rachmad Lubis
di Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta
Pusat, Kamis (10/11/2016).
Rachmad menjelaskan, road map
pembinaan produk alpahankam juga memuat tujuh program prioritas industri
pertahanan nasional. Dia merincikan, tujuh program prioritas tersebut
di antaranya, produksi propelan, roket, rudal, medium tank, radar, kapal
selam, dan pesawat tempur.
Lockheed Martin C-130 Hercules adalah sebuah pesawat terbang bermesin empat turboprop sayap tinggi (high wing) yang bertugas sebagai pesawat angkut militer utama untuk pasukan militer di banyak bagian dunia. Mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang pendek atau tidak disiapkan, awalnya dia adalah sebuah pengangkut tentara dan pesawat kargo yang sekarang ini juga digunakan untuk berbagai macam peran, termasuk infantri airborne, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara. Sekarang ini ada lebih dari 40 model Hercules, termasuk beberapa kapal senapan, dan juga digunakan di lebih dari 50 negara. Melayani lebih dari 50 tahun, keluarga C-130 telah menciptakan rekor yang bagus untuk kehandalan dan daya tahannya, berpartisipasi dalam militer, sipil, dan bantuan kemanusiaan.
kumpulan Video kecelakaan pesawat Hercules
Keluarga C-139 memiliki sejarah produksi yang paling panjang dari seluruh pesawat militer. Yang pertama prototipe YC-130 terbang pada 23 Agustus 1954 dari pabrik Lockheed di Burbank, California, Amerika Serikat. Pesawat bermesin turboprop tersebut dipiloti oleh Stanley Beltz dan Roy Wimmer. Setelah kedua prototipe selesai, produksi dipindahkan ke Marietta, Georgia, di mana lebih dari 2.000 C-130 dibuat.
pesawat ini di indonesia
Indonesia menerima 10 pesawat C-130 dari pemerintah Amerika Serikat sebagai penukar tawanan pilot CIA Allen Pope yang terlibat membantu pemberontakan Permesta di Sulawesi pada tahun 1958.
Pada tahun 1975, Indonesia menerima 3 C-130B. Pada tahun 1980-an, di bawah program untuk meningkatkan kemampuan angkatan udara Indonesia, 3 buah C-130H, 7 C-130HS (long body), 1 C-130 MP (patroli maritim), 1 L-100-30 (untuk keperluan sipil), dan enam L-100-30s yang dioperasikan oleh PT Merpati dan Pelita Air untuk keperluan transmigrasi. TNI AU juga mengoperasikan 2 KC-130 (versi air refuelling C-130) untuk keperluan pengisian bahan bakar di udara (sampai hari ini masih beroperasi).
TNI menyiagakan armada dan pasukan tempur di Tarakan, Kalimantan
Utara, terkait penyanderaan 10 WNI oleh kelompok Militan Abu Sayyaf --
ANT/Fadlansyah
Metrotvnews.com, Jakarta: Kasus
penyanderaan 10 warga negara Indonesia (WNI) oleh Kelompok Abu Sayyaf di
Filipina tidak boleh dianggap sepele, karena jika dibiarkan akan
menjadi preseden amat buruk bagi keamanan kawasan Asia Tenggara. Oleh
sebab itu, pemerintah Filipina diharapkan memberikan izin pada pasukan
Indonesia membantu usaha pembebasan sandera.
Tentara Filipina. Foto: maxdefense IMID Militer Filipina terlibat bentrok
dengan ratusan kelompok militan Abu Sayyaf, Sabtu (9/4/2016) pagi, saat
berusaha membebaskan 10 WNI yang disandera militan tersebut.
Bentrok terjadi antara Batalyon Infanteri 44 Filipina dengan tak
kurang dari 120 orang yang dipercaya sebagai kelompok Abu Sayyaf.
Sedikitnya 22 orang tentara Filipina terluka.
’’Bentrokan itu terjadi di Distrik Banguindan, Kota Tipo-tipo, Pulau
Basilan. Waktu kejadian sekitar pukul 08.00 pagi (waktu setempat),’’
ujar juru bicara Komando Mindanao Barat Filemon Tan, sebagaimana
dilansir Inquirer.com, Sabtu (9/4/2016).
IMID Pengamat Terorisme Ali Fauzi menuturkan, kelompok Abu Sayyaf seperti ingin menyampaikan pesan bahwa Pemerintah Filipina lemah dalam melakukan negosiasi atau melawan aksi mereka.
Pesan ini disampaikan Abu Sayyaf dengan kerap melakukan penyanderaan terhadap sejumlah orang asing.
Warga negara Indonesia bukan lah yang pertama kali disandera. Ia menyebutkan, banyak warga negara asing lainnya seperti Jerman, Kanada dan Jepang yang lebih dahulu mereka sandera.
"Lebih dari itu mereka ingin menunjukkan eksis kepada dunia bahwa kelompok Abu Sayyaf masih berwujud dan eksis," kata Ali saat dihubungi, Rabu (13/4/2016).
Ia mengaku kenal betul dengan kelompok Abu Sayyaf karena pernah bersama-sama mereka dulu.
Adik Amrozi tersebut menambahkan, ia pun amat mengenal Raddulan Sahiron, pimpinan kelompok Abu Sayyaf.
Raddulan, kata dia, banyak kehilangan anggota keluarganya dalam satu pertempuran dengan tentara Filipina.
Selain itu, Raddulan pun cacat seumur hidup karena peluru yang ditembakkan oleh tentara Filipina.
"Sebetulnya ini lebih kepada dendam yang berkepanjangan dari kelompok Abu Sayyaf,"